PTK MATEMATIKA SD PENINGKATAN PRESTASI MELALUI PEMBELAJARAN REMEDIAL (KODE 38)
Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 0856 42 444 991
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata Pelajaran Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan
di Sekolah Dasar. Mata pelajaran ini termasuk pelajaran yang sisegani
siswa, karena untuk memahami materi terkadang perlu adanya kejelian
dalam berfikir, ketelitian dalam pengerjaan dan waktu yang cukup untuk
mengadakan latihan, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam
pelajaran.
Dari kenyataan tersebut, tidaklah mustahil apabila siswa mengalami
kesulitas belajar dalam mata pelajaran Matematika. Hal ini dapat dilihat
dari prestasi atau hasil belajar siswa yang lazimnya ditunjuk oleh
nilai tes angka yang diberikan oleh guru.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar atau ilmu murni yang pada
kenyataannya telah berkembang dengan pesatnya baik materi maupun
manfaatnya. Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan iptek, oleh
karena itu Matematika sekolah yaitu Matematika yang diajarkan dis ekolah
khususnya jenjang pendidikan dasar dan menengah, harus senantiasa
memeprtimbangkan tahap – tahap perkembangan intelektual siswa.
Aturan – aturan yang ada dalam Matematikan mengajarkan agar kita
berpikir logis, rasional, cermat, efisien dan efektif, kemampuan
tersebut sangat dibutuhkan guna meyongsong era persaingan bebas yang
semakin mengglobal. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah, guna
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, salah satunya dalah pengadaan
dan peningkatan fasilitas penunjang baik bagi sisiwa maupun bagi para
gurnya melalui penataran – penataran dan pemebrian kesempatan untuk
melanjutkan belajar.
Sampai saat sekarang masih banyak terdengar keluhan bahwa mata pelajaran
Matematika membosankan, tidak menarik dan bahkan penuh misteri. Hal ini
disebabkan pelajaran Matematika dirasakan sukar, dan nampaknya tidak
ada kaitannya dalam kehidupan sehari – hari. Kenyataan ini adalah suatu
persepsi yang negatiye terhadap Matematika. Persepsi ini pasti ada dalam
setiap jenjang pendidikan baik di tingkat prasekolah (TK) sampai
jenjang pendidikan tinggi. Yang menjadi permasalahan mengapa persepsi
negatiye ini jumlahnya lebih banyak terdengar. Banyak hal yang dapat
dikaji untuk mengungkapkan masalah tersebut diatas mungkin karena
keterbatasan sarana belajar. Misalnya buku paket untuk siswa kurang
mendukupi jumlahnya, sehingga siswa hanya mendapatkan sumber materi dari
apa yang diberikan oleh guru di sekolah. Agar guru mampu memperoleh
strategi belajar mengajar yang tepat harus mengetahui bermacam – macam
pendekatan, teknik mengajar, metode mengajar. Suatu contoh dari
pengalaman penulis pada umumnya guru dalam menyampaikan materi pelajara
kebanyakan mencari jalan yang paling mduah sehingga mereka memilih
metode expositori diantara sekian banyak metode, kemudian dilanjutkan
pemberian tugas dan PR. Metode expositori dianggap cara yang paling
praktis karena mudah murah dan dilakukan tanpa persiapan. Dai hasil
pengamatan dan pengalaman mengajar penulis, kenyataannya dengan
menggunakan metode expositori saja, para siswa sulit untuk memahami
konsep. Hal ini terlihat pada penyampaian konsep rumus luas lingkaran
yang hanya bersifat hafalan maka suatu saat mereka lupa. Karena inilah
membuat para sisiwa jenuh mengikuti pelajaran sehingga mereka mengalami
kesulitan dalam menggunakan rumus luas lingkaran. Apabila siswa diberi
tugas maupun PR sebagian kecil siswa yang dapat mengejarkan dengan
benar. Padahal guru mengharapkan siswa dapat menyerap apa yang
disampaikan. Sebagai guru disini mempunyai peran yang sangat penting
yaitu merancang dan menyusun bagaimana pelajaran Matematika yang
diberikan tidak mendapat persepsi yang negatiye dari sisiwa – siswanya,
juga dalam penyusunan kurikulum Matematika sekolah, pengalaman masa lalu
perlu dikaji ulang, juga kemungkinan yang akan terjadi di masa yang
akand atang perlu diperhatikan dan di antisipasi secara dini. Sebagai
mata pelajaran yang kurang diminati atau kalau bida dihindari oleh
sebagian besar siswa. Oleh karena itu kreatiyitas kita sebagai seorang
guru dalam Matematika dengan tujuan tersebut di atas akan menjadi
seperti tersebut atas akan inenjadi faktor kunci agar Matematika menjadi
mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas.
Kreatiyitas bukanlah suatu bakat, bisa dipelajari dan harus dilatih
inisalriya, kebiasaan- kebiasaan mencoba mengaitkan hal, kecil dalam dan
fenomena sehari-hari dengan konsep Matematika yang releyan,
dapatdipupuk dan dikembangkan dengan motiyasi dan membantu siswa dengan
cara mengaitkan kegemaran serta masalah sehari-hari mereka dengan
Matematika, juga dapat dilakukan oleh guru di samping berusaha menambah
pengetahuan tentang materi sendiri.
Matematika mempelajari pola keteraturan, tentang struktur yang
jari tentang tyroriorganisasikan. Hal ini dimulai dari hal-hal yang
tidak terdefinisikan (Underlined term, basic term, primitif term).
Kemudian pada unsur yang didifinisikan, ke aksioma/postulat, dan
akhirnya pada teorema. Konsep-konsep Matematika tersebut, secara
hierarkis, terstruktur logis dan sistematis.
Dalam prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain, faktor siswa yang meliputi kecerdasan, motiyasi, minat dan
lain-lain. Maka guru dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan
perbedaan individual, agar prestasi siswa dapat optimal sesuai dengan
kemampuannya.
Banyak orang yang memandang Matematika sebagai bidang studi yang paling
sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana, untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya bahasa, membaca dan menulis, kesulitan. belajar
Matematika harus diatasi sendiri mungkin. Kalau tidak, siswa akan
menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan
Matematika yang sesual.
Namun melihat kenyataan prestasi belajar Matematika kurang baik bahkan
sebagian siswa prestasi Matematika di bawah rata-rata. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa belum tuntas dalam belajar Matematika, mungkin
dikarenakan kurangnya waktu pembelajaran Matematika jika dibandingkan
dengan konsep yang harus di pelajari.
Mengacu pada kenyataan di atas, maka untuk mengupayakan peningkatan
prestasi belajar Matematika, perlu kiranya memberikan program
pembelajaran yang tepat. Pembelajaran yang diperuntukkan membantu siswa
mempelajari kembali materi Matematika yang belum tuntas, yang disebabkan
penyampaian kurang jelas, siswa lambat dalam belajar Matematika.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar
Matematika Melalui Pembelajaran Remedial Siswa Kelas VI SDN I
Dukuhwaringin, Dawe, Kudus. Tahun Pelajaran 2004/2005”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran remedial dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika?
2. Apakah ada hambatan yang ditemukan dalam pembelajaran remedial untuk meningkatkan mata pelajaran Matematika?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Membuktikan bahwa pembelajaran remedial dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika.
2. Mengetahui hambatan yang ditemukan dalam pembelajaran remedial mata pelajaran Matematika.
D. Manfaat Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat :
- Manfaat Teoretis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dalam pembelajaran.
b. Dapat memberikan arah para guru dalam proses pembelajaran meberikan perbedaan siswa.
c. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
- Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti bennanfaat Menemukan solusi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas VI.
b. Bagi siswa dapat digunakan sebagai motivasi belajar supaya prestasi belajar Matematika dapat meningkat.
c. Bagi sekolah dapat memperoleh suatu bentuk pembelajaran remedial yang dapat meningkatkan prestasi mata pelajaran Matematika
d. Bagi
orang tua dapat mengetahui pentingnya tambahan jam pelajaran khususnya
pembelajaran remedial untuk mata pelajaran Matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Anton Sukarno, 1994. “Efektifitas Sistem Pengajaran Pelayanan Bagi Anak Berkesulitan Belajar”. Surakarta.
A. Kirk 1986. “ Educating Exceptional Children “. Boston: Houghton Mifflin Company.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. “ Kurikulum Pendidikan Dasar”. Jakarta.
Dimyati Mahmud, 1992. “Strategi Belajar Membaca dan Menulis”. Yogyakarta: Liberty.
Djono R, 1987. “Penilaian Layanan Bimbingan di Sekolah “. Surakarta.
Fx. Soedarsono, 1997. “Pengajaran Remedial”. Jakarta: Gramedia.
Hamalik, 1980. “Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar “. Bandung: Tap Site.
Harsono Hutojo, 1998. “Belajar Mengajar Matematika “. Bandung: CV. Angkasa.
JI. Pasaribu dan Simanjutak, 1994. “Proses Belajar Mengajar “. Bandung: Tap Site.
Mahmud Ali Yahya, 1991. “Belajar Membaca dan Menulis “. Jakarta: Bina Aksara.
Marika Subrata dan Munzayanah, 1992. “Remedial Teaching”. Surakarta UNS.
Moh. Suryo dan Moh. Armen 1989. “Pengajaran Remedial”. Jakarta. Muchtar
Bukhori, 1995. “Pengantar Psikologi Pendidikan” Bandung: Jarmare.
Mulyono Abdurrohman, “Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belmar Jakarta: Depdikbud.
Muhibbin Syah, 1995. “Psikologi Pendidikan “. Yogyakarta: Andi Offset.
Ngalim Purwanto 1990. “Psikologi Pendidikan “. Bandung: Remaja Rosdakar
Nasution, 1995. “Didaktik Asas-Asas Mengajar “. Bandung: Jemmars. Oemar
Hamalik, 1980. “Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan “. Banduri_
Slameto, 1995. “Proses Belajar Mengqjar Dalam Sistem Kredit “. Jakarta: Bumi Aksara
Sri Hartati P. H. 1992. “Pengajaran Remedial”. Yogyakarta: PT. Mitra Gama Widya.
Sunardi, 1997. “Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar”. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: UNS.
Supardi, 1997. “Belajar Mengajar Matematika” Jakarta: Bina Aksara.
Sutartinah Tirtonegoro, 1998. “Anak Supernormal dan Program Pendidikan Jakarta: PT. Bina Aksara.
Syaiful Bakri Djamarah, 1994. “Pendidikan Membaca dan Menulis “. Yogyakarta: Liberty.
Winarno Surakhmad 1986. “Pengantar Interaksi Belajar Mengajar”. Bandung Tarsito.
Winkel W.S. 1984. “Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar”. Jakarta: Gramedia.