Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mastery Learning

Meningkatkan Prestasi Belajar Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mastery Learning (Belajar Tuntas) di Kelas VII-A MTs Al-Mardliyah Pameungpeuk Garut

ABSTRAK

Untuk mendapatkan File dari BAB1-5 hub 0856 42 444 991

Berdasarkan latar belakang bahwa peserta didik dipandang dalam kegiatan pembelajaran sebagai individu dan sosial. Setiap peserta didik memiliki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Sehingga guru disamping memikirkan bahan pelajaran, hendaklah ia memikirkan cara agar mudah dimengerti dan dapat meningkatkan prestasi. Salah satu metodenya adalah dengan Mastery Learning (belajar tuntas).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi guru menggunakan Mastery Learning dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs. Al-Mardliyah Pameungpeuk Garut dan untuk mengetahui daya serap peserta didik dalam pembelajaran akidah akhlak dengan Mastery Learning.
Berpijak dari masalah yang ada, pembelajaran Mastery Learning dalam mata pelajaran akidah Akhlak harus disesuaikan dengan karakteristik penguasaan materi yang dipelajari. Menurut hasil pengamatan dan observasi di lapangan khususnya di MTs. Al-Mardliyah Pameungpeuk  Garut, fenomena yang terjadi dewasa ini cenderung adanya penurunan prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik intern maupun ekstern. Salah satu yang menjadi faktor menurunnya siswa adalah metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar, sehingga hal ini membuat peneliti untuk mencoba menggunakan Mastery Learning untuk meningkatkan prestasi siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggunakan alat pengumpul datanya dengan observasi, wawancara dan tes. Pendekatan analisis yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Berdasarkan hasil pengolahan data, ditemukan hasil prosentasi dari para siklus adalah sebagai berikut:
-          Pra-Siklus, nilai rata-rata hasil prestasi belajar siswa adalah 62,71%
-          Siklus I, dihasilkan nilai rata-ratanya adalah 75,57%
-          Siklus II, dihasilkan nilai rata-ratanya adalah 80%

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional di bidang pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Hal ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usaha menuju terwujudnya visi pendidikan nasional tersebut diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dalam rangka ini pula diberlakukan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Departemen Agama, 2005: 3).
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, peran serta madrasah sangat diperlukan, karena di samping mengajarkan sejumlah bidang ilmu pengetahuan umum, juga sebagai ciri khasnya, diajarkan bidang agama Islam yang mendalam untuk menggali ilmu pengetahuan agama.
Seperti dijelaskan oleh Ali (2004: 1), inti proses pendidikan secara formal adalah mengajar, sedangkan inti proses pengajaran adalah peserta didik belajar. Oleh karena itu mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar, sehingga peristilahan kependidikan kita dikenal ungkapan Proses Belajar Mengajar (PBM) atau proses pembelajaran.
Menurut Sudjana (2005: 1) ada tiga veriabel utama yang saling berkaitan dengan strategi pembelajaran di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan pembelajaran atau proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran dapat dirancang tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil pembelajaran, melainkan mencakup interaksi dengan semua sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil yang bermakna.
Peserta  didik dipandang dalam kegiatan pembelajaran  sebagai individu dan sosial. Setiap peserta didik memilki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Peserta  didik  tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar dan membaca, sedangkan peserta didik lain dengan cara melihat, dan peserta didik yang lainnya lagi belajar dengan cara melakukan (learning by doing). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik (Sutrisno, 2005: 63).
Muhammad (1981: 8) mengatakan bahwa setelah guru memikirkan bahan pelajaran, hendaklah ia memikirkan cara menyampaikan bahan ke dalam pikiran peserta didik, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, dan keadaan peserta didik. Guru harus memikirkan metode yang paling baik untuk menyusun materi pembelajaran, dan bahan pembelajaran sebagai mata rantai yang sambung-menyambung.
Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka pemikiran demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap peserta didik secara individual. Peserta didik sebagai individu memliki perbedaan sebagaimana disebutkan di atas. Pemahaman ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan peserta didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan mengajar.
Penguasaan kemampuan pelajaran Aqidah Akhlak diperlukan strategi yang tepat dan cocok. Salah satu strategi yang diterapkan di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah khususnya dalam pelajaran Aqidah Akhlak adalah mastery learning. Strategi ini meliputi dua kegiatan, yaitu program pengayaan dan perbaikan (Arikunto, 1988: 31).
Proses pembelajaran  dengan menggunakan prinsip Belajar tuntas (mastery learning) menguntungkan bagi peserta didik, karena dengan kegiatan pembelajaran ini setiap siswa dapat dikembangkan semaksimal mungkin. Pandangan yang menyatakan semua peserta didik dapat belajar dengan hasil  yang baik juga akan mempunyai imbas pada pandangan  bahwa guru dapat mengajar dengan baik.
Belajar tuntas pada dasarnya akan menjadikan peserta didik memiliki kemampuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan intelegensi tinggi dengan intelegensi normal. Belajar tuntas (mastery learning) menjadikan peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi intelegensi tinggi akan mencapai semua tujuan pembelajaran sedang anak didik yang intelegensi normal mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran (Yamin 2007: 121).
Belajar tuntas dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, mengatakan bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Hal ini dilandasi teori tentang bakat yang dikemukakan oleh Carrol (1953) yang menyatakan bahwa apabila peserta didik didistribusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka diberi pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur, ternyata akan menunjukkan distribusi normal. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang berbakat cenderung untuk memperoleh nilai tinggi. Kedua, apabila pelajaran dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didik akan mampu  menguasai bahan yang disajikan kepadanya, (Mulyasa, 2004: 53-54).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis di lapangan, diperoleh gambaran bahwa penerapan strategi mastery learning dalam pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al Mardliyah sudah sejak lama dilakukan oleh guru-guru pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini dapat dilihat bahwa di satu sisi latar belakang pendidikan peserta didik beraneka ragam, sebagian ada yang berasal dari Sekolah Dasar plus Madrasah Diniyah, serta sebagian lagi berasal dari Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, menyebabkan peserta didik Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah masih memiliki perbedaan-perbedaan individual dalam memahami pembelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan strategi mastery learning. Sementara itu, guru yang mengampu bidang Aqidah Akhlak bukan berasal dari jurusan Aqidah Akhlak, tetapi didukung oleh faktor sarana dan prasarana yang memadai, proses pembelajaran berlangsung secara continuitas dan sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Aktivitas Prestasi Belajar Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mastery Learning (Belajar Tuntas) (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-A MTs Al Mardliyah Garut).”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok masalah  dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana strategi guru menggunakan mastery learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah?
2.      Bagaimana daya serap peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dengan mastery lerning di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah?
C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
a.      Mendeskripsikan strategi guru dalam mastery learning di bidang pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah.
b.      Mendeskripsikan daya serap peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dengan mastery learning di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah.
2.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a.      Bagi Siswa
Melalui hasil penelitian ini diharapkan siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran Aqidah Akhlak. Di samping itu siswa akan mendapatkan pembelajaran yang variatif serta berperan aktif, sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
b.      Bagi Guru
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung bagi guru-guru yang terlibat untuk memperoleh pengalaman baru dalam menerapkan metode pembelajaran yang menarik perhatian siswa, tidak monoton dan inovatif. Sehingga pada perkembangan selanjutnya guru akan lebih kreatif dan berusaha menghilangkan kejenuhan siswa melalui penerapan model pembelajaran tersebut.
c.      Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan pendekatan inovasi dalam pembelajaran.