Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS VIII-3 SMP NEGERI 280 JAKARTA 


Abstrak

Untuk mendapatkan file BAB 1-BAB5 hub 0856 42 444 991


       Hasil belajar matematika siswaSMP Negeri 280 Jakarta masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Rendahnya hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 280 Jakarta disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah : 1) sebagian siswa masih mengganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, manakutkan dan membosankan; 2) siswa kurang aktif dan kreatif dalam pembelajaran matematika; 3) guru kurang bervariasi dalam menggunakan pendekatan pembelajaran matematika dan cenderung menggunakan pendekatan konvensional. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kontekstual. 
         Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 280 Jakarta, dilaksanakan pada tanggal 20 September sampai 12 Oktober 2004. Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) . Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual pada materi Teorema Pythagoras melalui pendekatan konteks bangun kubus dan balok, telah memberikan kenaikan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa. Hal itu ditunjukkan nilai rata-rata pada siklus I nilai rata-rata 6,29 dengan ketuntasan 60,53%, pada silus II nilai rata-rata 6,74 dengan ketuntasan 71,50%, dan pada siklus III nilai rata-rata 7,47 dengan ketuntasan belajar 89,47%. 
 Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara nyata. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajari, maka pendekatan kontekstual sebagai salah satu pendekatan yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat menciptakan pembelajaran aktif inovatif kreatif dan menyenangkan gembira dan berbobot( PAIKEM-GEMBROT).

A.   Latar Belakang Masalah

      Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin kelihatan nyata. Dengan kesadaran ini, pemerintah dan masyarakat, terutama pendidik, mencurahkan sebagian besar tenaga, dana dan pikirannya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Misalnya melakukan perubahan kurikulum, perubahan teknik pengajaran dan penyelenggaraan kerja sama antara lembaga pendidikan dengan lembaga lain (Kadir dan Ma’sum, 1982, 1991-1992). Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain, (1) meningkatkan kualitas guru SMP/MTs dari lulusan D1 dan D2 menjadi lulusan S1 penyetaraan, (2) mendirikan sekolah-sekolah baru, dan (3) meningkatkan perbaikan proses belajar mengajar dan hasil belajar melalui pelatihan-pelatihan guru SD, SMP, dan SMA.
     Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi Teorema Pythagoras yang berbunyi: “Kuadrat ukuran hipotenusa dari segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat ukuran sisi siku-sikunya”, merupakan materi yang diberikan pada siswa SMP/MTs kelas VIII. Seorang guru harus dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswanya sehingga mudah dipahami. 
      Mengajarkan matematika merupakan suatu kegiatan pembelajaran sedemikian sehingga siswa belajar untuk mendapatkan kemampuan dan ketrampilan tentang matematika. Kemampuan dan ketrampilan tersebut ditandai dengan adanya interaksi yang positif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Hudaya, 1988:122). Namun dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan matematika, ternyata masih banyak mengalami hambatan-hambatan baik yang dialami siswa maupun guru. Salah satu hambatan yang terjadi adalah kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika, hal ini disebabkan kurang tepat pendekatan yang dipergunakan serta kurang optimal dalam pengunaan alat peraga yang ada.
      Seperti yang terjadi di SMP Negeri 280 Jakarta, didapatkan latar belakang siswa sangat bervariasi dalam motivasi belajarnya. Mereka rata-rata dalam belajar tanpa dibekali keinginan untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Mereka kurang dalam mengkaitkan materi satu dengan yang lain. Sehingga yang terjadi mereka kebingungan dan selanjutnya dalam menyelesiakan soal-soal tidak sesuai dengan prosedur.

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2002, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. ED Rev. Jakarta :
                                           Bumu Aksara.
-------------------------- . 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara
Wardani Sri, 2005. Pembelajaran Matematika Kontekstual Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika Yogyakarta: PPG Matematika
Adiawan, M, Cholik dan Sugiono. 2003. Matematika Untuk SLTP Kelas 2. Jakarta: Erlangga. 
Djumanta, Wahyudi. 1994. Matematika Untuk SLTP Kelas II. Jakarta: Multi Trust. 
Hudoyo. 1988,  Strategi Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. 
Soedjadi. 1985,  Matematika 2 Petunjuk Guru SLTP Kelas 2, Jakarta : Balai Pustaka.
Nurhadi dan Sentuk, Agus, Gerrad. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: UM Press. 
Ruseffendi, E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Bandung: Tarsito. 
Soejono. 1984. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Sudrajat Ahmad, Tujuh Komponen Dalam CTL: http://abaryans.wordpres.com. diakses tanggal 20 September 2007.
Model Pembelajaran Kontekstual (http://www.google.co.id/d&q=Pendekatan+Kontekstual) diakses pada tanggal         20 Septembe 2007