Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

PTK DAN PTS

CONTOH PTK SD PENERAPAN METODE DISKUSI PRESTASI BELAJAR PKN

DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN SISWA KELAS 5 SEMESTER GENAP
SDN SAMBIREJO 4 KECAMATAN MANTINGAN KAB NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2006/2007





UNTUK MENDAPATKAN FILE BAB1-5 HUB 0856 42 444 991


ABSTRAK

Sumarni. 2007. Dengan Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar PKN Siswa Kelas 5 Semester Genap SDN Sambirejo 4 Kecamatan Mantingan Kab Ngawi Tahun Pelajaran 2006/2007. Pembimbing (I) _________________, (II) ________________
Kata kunci: Metode diskusi, upaya, prestasi belajar, PKN.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan peningkatan kualitas pendidikan di SDN Sambirejo 4 Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi,  sehingga dirasa perlu mengupayakan metode belajar yang mendukung untuk meningkatkan prestasi siswa. Dengan banyaknya konsep yang mengemukakan tentang keuntungan-keuntungan dalam penerapan metode diskusi, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  (1) Bagaimana pelaksanaan metode diskusi untuk siswa kelas 5 Semester genap SDN Sambirejo 4 Ngawi (2) Bagaimana prestasi siswa sebelum dan sesudah diberlakukan metode diskusi., (3) Ada tidaknya pengaruh yang signifikan dalam penerapan metode diskusi terhadap hasil belajar PKN siswa, (4)  Bagaimana model peningkatan prestasi dari pelaksanaan metode diskusi.
Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan metode siklus, yaitu dengan menggunkan tiga siklus, yang mana dalam setiap siklus terdapat refleksi yang dimaksudkan untuk menggali strategi penyusunan alternatif penyempurnaan, guna penyempurnaan di tahap berikutnya.
Hasil yang diperoleh adalah (1) Pelaksanaan metode diskusi yang dilakukan melalui tiga siklus, dengan siklus I sebagai siklus pertama penerapan metode diskusi, siklus II sebagai penyempurnaan dari siklus I, dan siklus III sebagai penyempurnaan dari siklus II., (2). Terdapat perbedaan prestasi rata-rata yang jelas antara sebelum dan sesudah diberlakukannya proses diskusi dengan metode siklus. (3). Terdapat peningkatan prestasi yang nyata, baik dalam setiap siklus maupun hasil akhir dari penerapan metode diskusi, yaitu setelah siklus III. Sebelum penyelenggaraan diskusi, nilai rata-rata kelas adalah 7., setelah siklus I adalah 7,6., setelah siklus II adalah 8,2., dan pada tahap akhir setelah siklus III adalah 7,8. Hal ini menunjukkan dampak yang nyata dari pelaksanaan proses diskusi yang dilaksanakan dengan metode siklus. Persamaan untuk perubahan prestasi setelah dilakukan proses diskusi adalah Y = 0,35X + 6,3.




 
BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah
Ilmu pendidikan atau disebut sebagai pedagogic dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan merenungkan tentang konsep-konsep dalam mendidik. Istilah pedagigic berasal dari pedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak (Purwanto, 1998).  Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa ilmu pendidikan selalu memerlukan inovasi-inovasi konsep yang mengarah pada peningkatan kualitas anak didik. Dalam hal ini, ilmu pendidikan mensyaratkan adanya penelitian dan penemuan yang reliabel atau handal untuk memaksimalkan hasil pendidikan.
Menurut Barnadib (1984) dalam ilmu pendidikan dibedakan menjadi empat, yaitu ilmu pendidikan teoretis, ilmu pendidikan praktis, ilmu pendidikan sistematis dan ilmu pendidikan historis. Ilmu pendidikan teoretis memberikan renungan teoretis yang tersusun, teratur, dan logis tentang masalah dan ketentuan pendidikan. Ilmu ini memiliki titik tolak pada praktek pendidikan menuju pemikiran sistematis dan mengenal juga persoalan-persoalan yang bersifat filosofis yang berhubungan dengan pendidikan. Ilmu pendidikan praktis memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan pada perbuatan mendidik. Ilmu ini menempatkan diri dalam situasi pendidikan dan mengarah pada perwujudan 
atau realisasi ide-ide pendidikan. Istilah lain adalah mengarah pada teknis pendidikan. Ilmu pendidikan sistematis memberikan pemikiran secara tersusun dan lengkap tentang masalah pendidikan. Ilmu ini lebih membahas secara umum, abstrak dan obyektif tentang masalah pendidikan. Ilmu pendidikan historis memberikan uraian teoretis tentang sistem-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan melihat latar belakang kebudayaan dan filosofi yang berpengaruh pada masa tertentu.  Ilmu pendidikan historis ini dianggap memiliki hubungan timbal-balik yang paling kuat dengan ilmu pendidikan sistematis.
Apabila dikaitkan dengan peningkatan kualitas dalam pendidikan, maka terdapat kaitan yang jelas anatara ilmu pendidikan teoretis, praktis, historis, dan sistematis. Untuk memaksimalkan kualitas anak didik diperlukan suatu teknik atau metode yang paling sesuai dengan kondisi siswa. Untuk menemukan metode ini, diperlukan suatu konsep sistematis yang dapat digali dari pengalaman atau histori pada masa lampau serta konsesp-konsep atau ide-ide sistematis yang mendukung. Ide-ide atau teori tidak akan dapat diaplikasikan secara maksimal tanpa metode pendidikan atau teknik yang tidak mendukung dalam proses belajar mengajar.
Dengan menyadari keterkaitan yang cukup kuat antara aspek teknis (praktis), teoretis, dan ilmu pendidikan sistematis ini, maka dapat dikatakan  bahwa metode atau cara dalam teknik pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan guna mendukung kualitas yang maksimal dan mendukung ilmu pendidikan sistematik secara umum.
Dalam konsep “Model of School Learning”, Carol (1963) mengemukakan suatu konsep yang memberikan garis besar faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pelajar dalam kegiatan belajar di sekolah. Konsep Carol diperoleh melalui penelitian-penelitian modern, dengan hasil yang menyatakan bahwa dalam kondisi belajar tertentu di sekolah, waktu yang benar-benar digunakan untuk belajar dan waktu yang dibutuhkan siswa merupakan fungsi karakteristik individu dan pengajaran yang diberikan pada siswa. Waktu yang digunakan ditentukan oleh jumlah waktu yang diinginkan siswa untuk melibatkan diri dalam belajar (yaitu ketekunannya) dan keseluruhan waktu yang diizinkan. Waktu belajar yang dibutuhkan siswa ditentukan oleh bakat kemampuannya terhadap tugas, oleh mutu pengajaran, dan kemampuannya menangkap pelajaran pelajaran yang ia dapat (Block, 1971:6). Konsep Carol ini dijelaskan lebih lanjut, yaitu bahwa mutu pengajaran yang dihadapi pelajaran dan kemampuannya dalam menangkap pelajaran berinteraksi pada perluasan waktu yang ia butuhkan berdasarkan bakat kemampuannya untuk menguasai pelajaran itu. Jika siswa memiliki bakat bakat yang tinggi dan pengajaran dilakukan dengan mutu pengajaran yang bagus, maka waktu yang dibutuhkan akan lebih sedikit.
Pada dasarnya, konsep Carol lebih mengedepankan waktu belajar yang disesuaikan dengan bakat siswa dan mutu pengajaran untuk mencapai hasil maksimum pemahaman siswa. Jelas terlihat bahwa bakat untuk menerima pelajaran dan metode pendidikan yang bagus sebagai faktor yang mempengaruhi efisiensi waktu belajar yang efektif, yang pada akhirnya adalah menuju kualitas penerimaan siswa yang terbaik. Beberapa usaha yang dilakukan untuk meningkatkan penerimaan materi pelajaran siswa tersebut adalah sebagai berikut:
1.          Kelompok belajar (study group)
Kelompok yang terdiri dari beberapa anak melakukan diskusi untuk memecahkan masalah bersama. Diskusi merangsang siswa untuk berfikir kreatif bersama dalam memecahkan masalah. Rangsangan berfikir ini yang menjadi fokus tujuan utama dalam mekanisme belajar kelompok siswa
2.          Tutorial
Tutor memberikan bantuan satu-persatu. Tutor sebaiknya bukan guru kelas, dengan tujuan untuk memberikan metode baru yang mungkin lebih sesuai dengan kondisi siswa atau untuk memberikan suasana baru.
3.          Buku latihan (work book) dan satuan pengajaran (programmed instruction units). Pengajaran ini tepat untuk kebutuhan yang bersifat latihan (drill), pemahaman melalui langkah-langkah kecil, terutama untuk fase-fase awal.
4.          Audio visual dan permainan akademik
Audio berarti suara, dan visual dalah gambaran. Dengan kata lain, audio visual adalah gambaran hidup yang menggunakan suara seperti film. Alat ini hanya diperlukan dalam kondisi tertentu saja.
Keseluruhan bentuk tersebut adalah untuk meningkatkan mutu pengajaran dalam hubungannya dengan kemampuan pelajar untuk menangkap apa yang disampaiakan oleh pengajar.
Metode diskusi merupakan suatu cara lain dalam belajar-mengajar, dimana guru, bahkan antar siswa terlibat dalam suatu interaksi secara aktif dan timbal balik dari dua arah (two ways of Communication), baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi, pembahasan maupun dalam pengambilan kesimpulannya.  Pada dasarnya metode diskusi menggunakan langkah-langkah cara pemecahan masalah (problem solving approach). Menurut John Dewey (dalam Loree, 1970: 438) dalam proses belajar dengan konsep problem solving akan berlangsung hal-hal sebagai berikut:
1.      Menyadari adanya masalah. Individu menyadari adanya masalah ketika mereka dihadapkan pada suatu kondisi keraguan dan kekaburan, sehingga muncul adanya kesulitan-kesulitan
2.      Menegaskan dan merumuskan masalah. Individu mengeplotkan dimana letak sumber-sumber kesulitan tersebut untuk mencari kemungkinan pencarian jalan keluar. Mereka akan menetapkan bagian-bagian persoalan yang ada dengan menggunkan konsep-konsep atau dalil dalil tertentu seperti dalam teori yang didapat.
3.      Mencari fakta dan merumuskan hipotesis.  Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan, termasuk bagaimana pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian, mereka akan mengidentifikasikan berbagai alternatif kemungkinan berbagai pemecahan yang dapat dirumuskan sebagai jawaban sementara atau hipotesis
4.      Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan. Setiap alternatif pemecahan akan diperhitungkan untung-ruginya. Selanjutnya adalah dilakukan langkah pengambilan alternatif yang dipandang paling mungkin (feasible) dan menguntungkan.
5.      Melakukan pengujian atau verifikasi secara eksperimental, atau uji coba. Alternatif pemecahan yang dipilih akan di uji dengan berbagai cara termasuk dengan membandingkan fakta-fakta lain atau dengan konsep-konsep yang relevan.
Dengan demikian, proses belajar-mengajar yang merupakan kondisi tertinggi dalam proses ini sangatlah penting, akan tetapi hanya mungkin dilakukan apabila proses fundamental belajar lainnya telah dikuasai.
Dalam konteks upaya untuk peningkatan kualitas belajar-mengajar, SDN Sambirejo 4 di Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi telah mencobakan metode diskusi secara periodik dalam rangka menggali metode yang efektif  Penerapan ini dilakukan khususnya dalam berbagai session mata pelajaran PKN pada siswa kelas 5 semester genap, untuk meningkatkan mutu belajar siswa. Hasil penerapan metode ini di nilai, dan dibandingkan dengan hasil sebelum diterapkannya metode diskusi tersebut.  Hal ini merupakan strategi sebagai upaya mengembangkan konsep belajar-mengajar yang reliabel dalam meningkatkan kualitas siswa. Strategi yang reliabel akan diperoleh dengan (Newman dan Logan 1971: 8):
1.      Mengidentifikasi dan menetapkan  spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi target usaha, dengan mempertimbangkan respon.  Terkait dengan hal ini, salah satu target dalam studi PKN adalah siswa mampu melakukan analisis terhadap permasalahan yang terkait dengan konsep yang diberikan, yang dapat ditingkatkan melalui diskusi
2.      Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama yang paling sesuai guna mencapai sasaran. Dalam hal ini, hipotesis peneliti adalah diskusi merupakan suatu langkah yang perlu dicobakan secara intensif. Salah satu alasan dilakukannya penelitian adalah guna mempertimbngkan apakan metode diskusi benar-benar reliabel bagi siswa kelas 5 Semester genap SDN Sambirejo 4 Ngawi atau tidak, dan untuk mengukur seberapa efektifnya.
3.      Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah mana yang harus ditempuh sejak titik awal sampai kepada titik akhir dimana tercapainya sasaran tersebut. Konsep ini menyarankan bagaimana langkah-langkah teknis yang harus ditempuh.
4.      Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur dan patokan yang digunakan dalam mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut. Tolok ukur dalam penelitian dilakukan dengan memperhitungkan secara akurat hasil yang diperoleh berdasarkan prestasi siswa.
Dengan uraian yang menjelaskan adanya usaha meningkatkan mutu pengajaran melalui teknik diskusi dalam study group serta konsep-konsep yang mendorong penelitian terhadap penerapan suatu konsep, dalam hal ini adalah diskusi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKN SISWA KELAS 5 SEMESTER GENAP SDN SAMBIREJO 4 KECAMATAN MANTINGAN KAB NGAWI TAHUN PELAJARAN 2006/2007”.