CONTOH PTK TATA BUSANA SMP DENGAN MOTIVASI PSIKOLOGIS
PEMBERIAN MOTIVASI PSIKOLOGIS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR TATA BUSANA PADA SISWA KELAS IX B SMP XXXX TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Untuk mendapatkan file BAB1-BAB5 hub 0856 42 444 991
ABSTRAK
PEMBERIAN MOTIVASI PSIKOLOGIS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR TATA
BUSANA PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI 3 NGUTER TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui (1) Langkah-langkah pemberian motivasi belajar pada
siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana; (2) Besarnya
peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata
busana setelah dilakukan upaya pemberian motivasi belajar.
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
dalam rangka melakukan perubahan pada diri siswa menuju arah yang lebih baik.
Dalam penelitian ini, dilakukan uji coba tindakan
pemberian motivasi
psikologis kepada siswa sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Pelaksanaan penelitian dilakukan di kelas IX B SMP Negeri 3 Nguter tahun
2009/2010 semester genap. Analisis data dilakukan secara kualitatif.
Hasil penelitian
adalah: (1) Pelaksanaan pemberian motivasi psikologis dalam pembelajaran tata
busana dilakukan dengan (a) Memberikan harapan terbaik; (b) mempelajari
kebutuhan dan mendukung tercapainya kebutuhan anak; (c) Mengkondisikan bahwa
kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal, akan tetapi justru menjadi petunjuk
bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang tak boleh terulang.; (contoh ptk smp kelas 9) (d) Menopang
keinginan anak; (e) Menggunakan keteladanan; (f) Menggunakan keteladanan; (g)
Memberikan pujian, meskipun terhadap keberhasilan yang sangat kecil; (h)
Memadukan motivasi positif dan negative; (i) Membangun hasrat bersaing; (j)
Menciptakan kerjasama; (2) Pemberian motivasi psikologis mampu meningkatkan
prestasi tata busana siswa kelas IX B menjadi melenihi target yang ditetapkan
guru, baik dari segi nilai rata-rata kelas siswa maupun dari segi ketuntasan
belajar siswa. (download contoh ptk smp tata busana)
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Sekolah
sebagai satuan pendidikan merupakan ujung tombak bagi pengembangan sumber daya
manusia bangsa Indonesia. Sekolah memiliki arti penting untuk membentuk atau
mencetak kader-kader penerus yang berwawasan keilmuan serta memiliki pengalaman
maupun keterampilan sehingga mereka mampu mengambil peranan nyata dalam
pembangunan bangsa Indonesia, serta dalam turut meningkatkan daya saing bangsa
Indonesia di dunia internasional. Dengan demikian, maka pengembangan kualitas
dunia pendidikan di sekolah merupakan syarat utama dan pertama dalam rangka
pengembangan daya saing bangsa Indonesia. (meningkatkan prestasi belajar dengan motivasi psikologis)
Guru yang profesional merupakan unsur yang utama dalam
membangun kualitas pendidikan anak karena guru merupakan sumberdaya manusia yang berperan
dalam mengatur strategi penyelenggaraan proses pembelajaran untuk mengubah
perilaku siswa menuju yang lebih baik melalui tranformasi pengetahuan, pengalaman,
maupun dengan melakukan upaya-upaya pemecahan masalah yang terjadi dalam
pendidikan. Pemahaman mengenai peran guru dalam mengajar bukan hanya
sekedar melaksanakan kegiatan mentransformasi pengetahuan saja, tetapi juga dalam proses membimbing kegiatan belajar anak.
Mulyasa (2006: 35) mengemukakan peran-peran guru dalam dunia pendidikan sebagai
berikut:
1.
Guru sebagai pendidik. Sebagai pendidik,
guru dianggap menjadi tokoh
panutan,
dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya.
2.
Guru sebagai pengajar. Guru memiliki
tugas dalam suatu proses pembelajaran. Peran guru sebagai pengajar ini
merupakan peran yang sangat umum dan dipahami oleh masyarakat, dimana guru
memberikan pembelajaran materi-materi pada siswa yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahui siswa. Dalam hal ini, guru merupakan
media pentransfer pengetahuan. (download contoh ptk tata busana SMP)
3.
Guru sebagai pembimbing. Guru dapat
diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas perjalanan tersebut.
Perjalanan siswa dalam pendidikan bukanlah perjalanan dalam arti fisik, akan
tetapi perjalanan dalam arti aspek mental, emosional, kreatifitas, moral, dan
spiritual yang lebih dalam dan kompleks
4.
Guru sebagai pelatih. Proses pendidikan
dan pembelajaran memerlukan adanya pelatihan ketrampilan, baik untelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk betrtindak sebagai pelatih.
5.
Guru sebagai penasehat. Guru adalah
penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua siswa, meskipun guru tidak
melakukan pelatihan khusus untuk berperan sebagai penasehat professional. (praktik tindakan kelas smp kelas 9)
6.
Guru sebagai pembaharu (innovator).
Guru menterjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bernakna
bagi peserta didik.
7.
Guru sebagai model dan teladan. Guru merupakan model atau teladan bagi
peserta didik maupun bagi semua orang yang mengganggap dirinya sebagai guru.
Sikap, tindakan, dan kepribadian guru merupakan suatu indikator yang sangat
diperhatikan oleh peserta didik. Guru merupakan suatu acuan bagi perilaku
siswa.
8.
Guru sebagai pribadi. Sebagai individu
yang berkecimpung dalam dunia pendidikan,
guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai seorang
pendidik
9.
Guru sebagai peneliti. Pembelajaran
merupakan suatu seni yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi
lingkungan. Untuk itu diperlukan penelitian-penelitian pendidikan yang
melibatkan guru. Keaktivan guru dalam mengembangkan penelitian kependidikan
merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses belajar-mengajar.
10.
Guru sebagai pendorong kreativitas.
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru
harus memiliki kemampuan dalam mendemonstrasikan kreativitas. Dengan demikian,
maka guru memiliki peranan dalam menunjukkan, memicu, mendorong, dan
memunculkan kreativitas siswa. (ptk tata busana smp kelas IX)
11.
Guru sebagai pembangkit pandangan. Siswa
belajar untuk mengetahui hal yang belum diketahuinya. Dalam hal ini, guru
merupakan salah satu aktor
utama yang memiliki peran dalam mentransfer pengetahuan serta memberikan
pandangan-pandangan tentang suatu hal kepada siswa. Siswa yang belum memiliki
cara pandang tersendiri terhadap suatu hal cenderung akan mengikuti bagaimana
gurunya memandang suatu hal, oleh karena guru dianggap sebagai model atau sosok
yang lebih memahami hal tersebut.
12.
Guru sebagai pekerja rutin. Guru bekerja
dengan ketrampilan, dan kebiasaan tertentu serta kegiatan rutin yang sangat
diperlukan.
Penjelasan-penjelasan
tersebut mengindikasikan besarnya peran guru dalam menentukan keberhasilan
proses pendidikan di sekolah. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya
sebagai pendidik merupakan salah satu kunci bagi prestasi belajar siswa. Guru
memiliki peranan dalam membimbing dan mendorong siswa menuju kreativitas
belajar, sehingga guru dituntut untuk mampu mengembangkan berbagai
langkah-langkah taktis dalam rangka mendorong siswa menunju prestasi belajar
yang tinggi. Salah satu cara yang dapat dikembangkan guru dalam rangka
mendorong siswa menunju proses pembelajaran yang penuh antusias untuk mencapai
prestasi yang tinggi adalah dengan mengembangkan cara-cara pemberian motivasi
psikologis pada siswa.
Menurut
konsep yang dijelaskan oleh Makmun (2005: 37) motivasi dapat dipahami sebagai berikut:
Motivasi merupakan suatu kekuatan atau power atau
tenaga (forces) atau daya atau suatu keadaan yang kompleks (complex
states) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu
untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak. Motivasi
timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan datang dari dalam diri individu sendiri
(intrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik) Makmun (2005: 37).
Menurut
Manullang (2009: 43), motivasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu motivasi
materiil dan non materiil. Motivasi materiil merupakan motivasi yang diberikan
dengan cara memberikan hal-hal yang bersifat fisik seperti uang atau
penghargaan fisik lainnya sehingga seseorang menjadi lebih terdorong untuk
melakukan suatu hal, sedangkan motivasi non materiil atau motivasi psikologis
merupakan dorongan yang dilakukan dengan cara memberikan kepuasan-kepuasan
tertentu seperti penghargaan sehingga seseorang menjadi lebih terdorong untuk
melakukan suatu hal tertentu.
Di SMP Negeri 3 Nguter, khususnya pada siswa kelas IX B Tahun Pelajaran 2009/2010,
fenomena rendahnya minat belajar
siswa dalam pembelajaran tata busana sangat banyak dijumpai. Berdasarkan polling
yang dilakukan, terdapat 46,7 siswa yang memiliki keinginan belajar yang rendah
dalam pembelajaran tata busana. Rendahnya keinginan belajar tersebut menjadi faktor
pengganggu terhadap keberhasilan proses pembelajaran keterampilan tata busana
di kelas. Rendahnya minat belajar tersebut menunjukkan rendahnya motivasi
belajar siswa yang dapat berdampak pada turunnya prestasi belajar siswa,
sehingga hal ini perlu ditangani oleh guru dengan baik. Prestasi belajar tata
busana siswa kelas IX B juga belum bagus, dimana nilai rata-rata kelas belum
mencapai 7,5 dan ketuntasan belajar siswa belum mencapai 75% siswa yang tuntas
belajar.
Berdasarkan atas hal-hal yang telah diuraikan, maka
dianggap
perlu untuk dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya Pemberian Motivasi Psikologis untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Tata Busana Pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 3 Nguter Tahun Pelajaran
2009/2010”.
B. Identifikasi
Masalah
Bersadarkan
atas latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi adanya masalah sebagai berikut:
1.
Di SMP Negeri 3 Nguter Tahun Pelajaran 2009/2010, dijumpai fenomena rendahnya keinginan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran tata
busana di sekolah.
2.
Prestasi belajar
tata busana siswa kelas IX B belum bagus, dimana nilai rata-rata kelas belum
mencapai 7,5 dan ketuntasan belajar siswa belum mencapai 75% siswa yang tuntas
belajar. (contoh ptk tata busana)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah dan identifikasi
masalah yang
telah diuraikan, disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah langkah-langkah pemberian
motivasi psikologis pada siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana?
2.
Seberapa besarkah peningkatan prestasi
belajar siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana setelah
dilakukan upaya pemberian motivasi psikologis?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilaksanakannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
1.
Langkah-langkah pemberian motivasi
belajar pada siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana.
2.
Besarnya peningkatan prestasi belajar
siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana setelah dilakukan upaya
pemberian motivasi belajar.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau
manfaat
yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini meliputi beberapa aspek,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan khasanah pengetahuan dalam bidang psikologi kependidikan,
yang secara khusus menyoroti upaya pemberian
motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
b.
Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi landasan maupun referensi bagi penelitian psikologi kependidikan
sejenis.
2.
Manfaat Praktis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi memberikan
dorongan bagi guru dalam mempelajari ilmu-ilmu yang mengarah pada fungsi guru
yang lebih kompleks dari sekedar mengajar, dan diharapkan mampu menjadi sumber
informasi bagi arti penting peranan guru
dalam dunia pendidikan.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan referensi bagi para pengambil keputusan di bidang pendidikan guna
mengembangkan suatu system pendidikan yang tidak mengesampingkan arti penting
peran guru tergadap perkembangan siswa. (download contoh ptk smp tata busana)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Barnadib, Sutari
Imam. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP
DePorter, Bobby. 1999. Quantum
Teaching. Jakarta: Kaifa
Greegory, Hansen. 1988. Motivation Technique in Education. New York,
McGraw Hill.
Handerson, Van. 2002. Human Resource
Development. Terjemahan Anwar Azhar. Jakarta: Gramedia.
Ismail dan Bambang Triyanto. 2007. Pedoman
Menulis Skripsi. Sukoharjo: Univet Bantara Press
Makmun, H.A 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Karini, Kartono. 1986. Psikologi
Sosial dan Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali
Yusuf, Mahmud, 2006. Pengantar Psikologi Anak dan Perkembangan.
Jakarta: Ramadhani
Muhaimin, 1993. Pemikiran Pendidikan
Islam. Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Triganda, 1993
Mulyasa, E.
2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prasetya Irawan. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar
Bahan Ajar. Jakarta: Dikti Depdikbud.
Purwanto,
M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosda
Ridwan,
Rifai.1992. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rini, Martina dan tasmin. 2002. Belajar
Lebih Penting Daripada Bermain?
e-psikologi.
Simanjuntak, B.
1994. Latar Belakang Kenakalan Anak.
Jakarta: Rineka Cipta
Sondang P. Siagian.
1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soetomo.1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Tilaar,
H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bomo. 1993. Psikologi Umum.
Yogyakarta: Andi Offset
Zuhairini, 1983.
Metodik Khusus Pendidikan Agama.
Surabaya : Usaha nasional.
Zuhairi, 1987. Guru dan Peranannya
dalam Pendidikan. Jakarta: Ghalia